Minggu, 07 Maret 2010

a. Pengertian Plasenta Previa
Plasenta Previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir atau ostium uteri internum (Mochtar, 1998). Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal, yaitu pada segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir (Wiknjosastro, 2006). Plasenta Previa adalah implantasi plasenta di segmen bawah rahim sehingga menutupi kanalis servikalis dan mengganggu proses persalinan dengan terjadinya perdarahan (Manuaba, 1998). Plasenta previa adalah perdarahan yang terjadi pada implantasi plasenta, yang menutupi sebagian atau seluruh osteum uteri internum (Manuaba, 2001). Plasenta previa adalah implantasi plasenta di atas atau di sekitar os serviks internal (Walsh, 2007). Plasenta previa adalah keadaan implantasi plasenta demikian rupa sehingga dapat menutupi sebaagian atau seluruh mulut rahim (Manuaba, 1999). Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa plasenta previa adalah suatu kelainan implantasi plasenta yang terletak pada segmen bawah rahim sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh jalan lahir.
b. Jenis-jenis Plasenta Previa
Pengelompokan plasenta previa menurut d Snoo, berdasarkan pada pembukaan 4-5 cm yakni :
1) Plasenta previa sentralis (totalis), bila pembukaan 4-5 cm teraba plasenta menutupi seluruh ostium.
2) Plasenta previa lateralis, bila pada pembukaan 4-5 cm sebagian pembukaan ditutupi oleh plasenta, dibagi 2 yaitu plasenta previa lateralis posterior apabila menutupi ostium bagian belakang dan plasenta previa partialis apabila menutupi ostium bagian depan.
3) Plasenta previa marginalis apabila sebagian kecil atau hanya pinggir ostium yang ditutupi plasenta.
Menurut Manuaba (2001) pengelompokkan plasenta previa yaitu :
1) Plasenta previa totalis
Bila plasenta menutupi seluruh ostium uteri internum pada pembukaan 4 cm.
2) Plasenta previa lateralis.
Bila menutupi ostium utri internum sebagian pada pembukaan 4 cm.
3) Plasenta previa marginalis.
Bila tepi plasenta berada pada tepi ostium uteri internum pada pembukaan 4 cm.
4) Plasenta letak rendah.
Bila tepi bawah plasenta masih dapat disentuh dengan jari, melalui ostium uteri internum pada pembukaan 4 cm.
c. Etiologi
Penyebab dari plasenta previa belum jelas atau belum diketahui secara pasti, akan tetapi bermacam-macam faktor-faktor dikemukakan sebagai etiologinya yaitu :
Menurut Mochtar (1998) faktor-faktor etiologi adalah :
1) Umur dan paritas.
Pada primigravida, umur di atas 35 tahun lebih sering daripada umur di bawah 25 tahun. Lebih sering pada paritas tinggi dari paritas rendah. Menurut Toha, di Indonesia plasenta previa banyak dijumpai pada umur muda dan paritas kecil, hal ini disebabkan banyak wanita Indonesia menikah pada usia muda dimana endometrium masih belum matang (inferior) sehingga memerlukan perluasan implantasi.
2) Endometrium cacat pada bekas persalinan berulang-ulang, bekas operasi, kuretase, dan manual plasenta.
Hal ini disebabkan karena terjadi gangguan kesuburan endometrium sehingga perlu perluasan implantasi plasenta.
3) Korpus luteum bereaksi lambat, dimana endometrium belum siap menerima hasil konsepsi.
4) Tumor, seperti mioma uteri, polip endometrium.
5) Malnutrisi.
Hal ini disebabkan karena terjadi gangguan kesuburan endometrium sehingga perlu perluasan implantasi plasenta.
d. Gambaran klinik plasenta previa
Perdarahan pada plasenta previa terjadi tanpa sakit pada saat tidur atau sedang melakukan aktivitas. Mekanisme perdarahan karena pembentukan segmen bawah rahim menjelang kehamilan aterm sehingga plasenta lepas dari implantasi dan menimbulkan perdarahan. Bentuk perdarahan dapat sedikit atau banyak dan menimbulkan penyulit pada janin maupun ibu. Penyulit pada ibu dapat menimbulkan anemia sampai syok. Sedangkan untuk janin dapat menimbulkan asfiksia sampai kematian janin dalam rahim (Manuaba, 1998).
e. Diagnosis plasenta previa
Menurut Manuaba (1998) diagnosis plasenta previa ditegakkan berdasarkan pada gejala klinik, pemeriksaan khusus, dan pemeriksaan penunjang.
1) Anamnesa.
a) Terjadi perdarahan pada kehamilan sekitar 28 minggu.
b) Sifat perdarahan yaitu tanpa rasa sakit terjadi secara tiba-tiba, tanpa sebab yang jelas, berulang.
c) Perdarahan menimbulkan penyulit pada ibu maupun janin.
2) Pada inspeksi dijumpai.
a) Perdarahan pervaginam encer sampai bergumpal.
b) Pada perdarahan yang banyak ibu tampak anemis.
3) Pada pemeriksaan fisik ibu.
a) Dijumpai keadaan bervariasi dari keadaan normal sampai syok.
b) Kesadaran penderita bervariasi dari kesadaran baik sampai koma.
c) Pada pemeriksaan dapat dijumpai tekanan darah, nadi, pernafasan dalam batas normal, tekanan darah turun dan nadi meningkat. Daerah ujung menjadi dingin, tampak anemis.
4) Pemeriksaan khusus kebidanan.
a) Pada pemeriksaan palpasi abdomen.
(1) Janin belum cukup bulan, tinggi fundus uteri sesuai dengan umur kehamilan.
(2) Karena plasenta di segmen bawah rahim, maka dapat dijumpai kelainan letak janin dalam rahim dan bagian terendah masih tinggi.
b) Pemeriksaan denyut jantung janin.
Bervariasi dari normal sampai asfiksia dan kematian dalam rahim.
c) Pemeriksaan dalam.
Pemeriksaan dalam dilakukan di atas meja operasi dan siap untuk segera mengambil tindakan. Tujuan pemeriksaan dalam untuk :
(1) Menegakkan diagnosa pasti.
(2) Mempersiapkan tindakan untuk melakukan operasi persalinan atau hanya memecahkan ketuban.
Hasil pemeriksaan dalam teraba plasenta sekitar ostium uteri internum.
d) Pemeriksaan penunjang.
(1) Pemeriksaan ultrasonografi.
(2) Mengurangi pemeriksaan dalam.
(3) Menegakkan diagnosis.
f. Penatalaksanaan plasenta previa
Menurut Manuaba (1998) plasenta previa dengan perdarahan merupakan keadaan darurat kebidanan yang memerlukan penanganan yang baik. Bentuk pertolongan plasenta previa adalah
1) Segera melakukan operasi persalinan untuk menyelamatkan ibu dan anak atau untuk mengurangi kesakitan dan kematian.
2) Memecahkan ketuban di atas meja operasi selanjutnya pengawasan untuk melakukan pertolongan lebih lanjut.
3) Bidan yang menghadapi perdarahan plasenta previa dapat mengambil sikap melakukan rujukan ke tempat pertolongan yang mempunyai fasilitas yang cukup.
Dalam melakukan rujukan penderita plasenta previa sebaiknya dilengkapi dengan :
1) Pemasangan infus untuk mengimbangi perdarahan.
2) Sedapat mungkin diantar petugas.
3) Dilengkapi keterangan secukupnya.
4) Dipersiapkan donor darah untuk tranfusi darah.
Pertolongan persalinan seksio sesarea merupakan bentuk pertolongan yang paling banyak dilakukan. Bentuk operasi lainnya seperti :
1) Cunam Willet Gauss.
a) Menjepit kulit kepala bayi pada plasenta previa yang ketubannya telah dipecahkan.
b) Memberikan pemberat sehingga pembukaan dipercepat.
c) Diharapkan persalinan spontan.
d) Sebagian besar dilakukan pada janin yang telah meninggal.
2) Versi Braxton Hicks.
a) Dilakukan versi ke letak sungsang.
b) Satu kaki dikeluarkan sebagai tampon dan diberikan pemberat untuk mempercepat pembukaan dan menghentikan perdarahan.
c) Diharapkan persalinan spontan.
d) Janin sebagian besar akan meninggal.
3) Pemasangan kantong karet Metreurynter.
Kantong karet dipasang untuk menghentikan perdarahan dan mempercepat pembukaan sehingga persalinan dapat berlangsung. Dengan kemajuan dalam operasi kebidanan, pemberian tranfusi darah, dan cairan maka tatalaksana pertolongan perdarahan plasenta previa hanya dalam bentuk memecahkan ketuban, melakukan seksio sesarea, untuk bidan segera melakukan rujukan sehingga mendapat pertolongan yang cepat dan tepat.
g. Pengaruh plasenta previa
1) Pengaruh plasenta previa terhadap kehamilan
Karena dihalangi oleh plasenta maka bagian terbawah janin tidak terfiksir ke dalam pintu atas panggul, sehingga terjadilah kelainan letak janin seperti letak kepala mengapung, letak sungsang, letak lintang. Sering terjadi partus prematurus karena adanya rangsangan koagulum darah pada serviks. Selain itu juga banyak plasenta yang lepas, kadar progesteron turun dan dapat terjadi his, juga lepasnya plasenta sendiri dapat merangsang his. Dapat juga karena pemeriksaan dalam (Mochtar, 1998).
2) Pengaruh plasenta previa terhadap partus.
a) Letak janin yang tidak normal, menyebabkan partus akan menjadi patologik.
b) Bila pada plasenta previa lateralis, ketuban pecah atau dipecahkan dapat terjadi prolaps funikuli.
c) Sering dijumpai inersia primer.
d) Perdarahan.
3) Pengaruh plasenta previa terhadap janin.
a) Lahir prematur.
b) Infeksi.
c) Asfiksia berat sampai IUFD.
h. Komplikasi plasenta previa.
1) Prolaps tali pusat.
2) Prolaps plasenta.
3) Plasenta melekat, sehingga harus dikeluarkan manual dan kalau perlu dibersihkan dengan kerokan.
4) Robekan jalan lahir karena tindakan.
5) Perdarahan postpartum.
6) Infeksi karena perdarahan yang banyak.
7) Bayi prematur atau lahir mati.